Menopang Pariwisata, Kemenparekraf Selenggarakan Pelatihan Pengembangan Agrowisata

Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/ Baparekraf menyelenggarakan acara ‘Pelatihan Pengembangan Agrowisata’ di Pitanatri Guest House, Baturiti, Tabanan-Bali, Minggu (12/9/2020).

Kegiatan ini bersamaan dengan peluncuran buku ‘Agrowisata Pariwisata Berbasis Pertanian’ yang ditulis oleh Prof. I Gde Pitana dan I Made Sarjana. Acara yang diawali dengan rapid test untuk para peserta ini tampak dihadiri oleh Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya.

Dalam sambutannya, Tarunajaya memaparkan bahwa agrowisata merupakan salah satu penopang utama pariwisata sehingga harus terus dikembangkan. Terbukti di masa pandemi seperti sekarang ini.

“Agrowisata ini tepat sekali dalam pandangan saya, dan itu menjadi backbone, menjadi penopang pariwisata itu, (harus) terus dikembangkan,” ujar Tarunajaya.

Selepas sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan dan tanya jawab seputar agrowisata serta membahas buku ‘Agrowisata Pariwisata Berbasis Pertanian’. Sessi ini menghadirkan penulis buku, Imade Sarjana, dan praktisi agrowisata, I Gde Setiawan Adiputra.

Baca juga: Tindak Gangsar, Dorong Kebangkitan UMKM di Masa Pandemi

Dalam kesempatan ini, Sarjana menjelaskan latar belakang kenapa ia akhirnya memilih menulis buku tersebut. Dimulai saat Sarjana tidak menemukan buku yang membahas agrowisata secara mendetail. Sehingga dalam satu kesempatan ia berdiskusi dengan Prof. Pitana dan memutuskan untuk menulis buku. Sehingga terbitlah buku yang terdiri dari 12 bab yang berisikan tentang bagaimana pengembangan agrowisata dari berbagai aspek.

“Ingat pepatah lama, kalau kita mencari buku tapi bukunya tidak ada, maka tulislah. Itu yang menjadi dasar kenapa kami menulis buku ini,” terang Sarjana.

Berbagi panggung yang sama, Adiputra selaku praktisi memaparkan misinya menjadi pelaku agrowisata. Ia juga mengkhawatirkan perilaku beberapa petani yang tidak menggunakan bahan alami dalam proses pertanian. Hal tersebut dapat menyebabkan tanah menjadi tidak subur dan akan memengaruhi kujungan wisata.

“Kembali ke alam untuk mendukung pariwisata, kalau tanah kita sakit apakah ada yang mau datang? Saya punya misi, mari kita memperbaiki perilaku petani,” ujar Adiputra.

Tak hanya menjelaskan misi, Adiputra juga menjelaskan bagaimana keuntungan sebagai pelaku agrowisata. “Ternyata, sebelum panen kita sudah menikmati hasilnya. Itu luar biasanya agrowisata,” tambahnya.

Serangkaian acara yang dimulai dari pagi hari tersebut ditutup dengan meninjau spot pariwisata dengan kombinasi agroekowisata di Desa Wisata Kerobokan. Di lokasi dengan pemandangan air terjun ini dilakukan kegiatan makan siang dan penyerahan sertifikat.

Simak keseruan acara ‘Pelatihan Pengembangan Agrowisata’ yang di-organized oleh Anadi Convex dan didokumentasikan oleh Memora Productions, berikut: